find the way..

find the way..

Minggu, 29 November 2009

bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam industri olahraga akan sangat ditentukan oleh atlet dan pola pelatihan yang berkualitas. Namun atlet yang berhasil bermula dari masa kecil yang berkualitas. Anak pada usia masa sekolah merupakan anak yang memerlukan perlakuan dan perhatian khusus dari semua orang dan semua pihak. Hal-hal yang penting diperhatikan tidak hanya mengenai perkembangan fisik tetapi juga perkembangan emosi, mental dan spiritualnya.

Banyak ahli menganggap bahwa masa anak usia SD (6/7-12/13 tahun) ini, sebagai masa tenang atau masa latent. Menurut Rusli Ibrahim (2000:05), “segala sesuatu yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan terus berlangsung untuk masa-masa setelahnya”. Misalnya, jika selama masa kanak-kanak mereka dididik untuk menjadi pribadi yang disiplin maka setelah pun dewasa mereka akan tetap berusaha untuk tetap menjadi pribadi yang disiplin. Tahapan ini disebut juga sebagai usia kelompok (gang age). Pada masa ini anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja dan belajar.

Masa anak usia sekolah dasar ini disebut juga masa sekolah, karena masa ini anak diharapkan dapat mencapai kematangan sekolah, yang tidak saja meliputi kecerdasan, keterampilan bahasa, menerima otoritas tokoh lain selain orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat mengendalikan emosi, tetapi diharapkan pula anak memiliki keterampilan motorik yang baik.

Pada masa sekolah ini, anak mulai membanding-bandingkan dirinya dengan teman-temannya. Oleh karena itu, anak mudah dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Terkadang ejekan tersebut dapat memicu timbulnya perilaku agresif. Anak usia masa sekolah merupakan peniru yang paling baik. Setiap yang dilakukan oleh orang dewasa mereka akan menirunya dengan beberapa kali lipat. Begitu pula terhadap sikap agresif yang terkadang dicontohkan oleh orang dewasa akan membuat mereka pun mencontoh perilaku agresif tersebut.

Pada masa usia sekolah dasar ini pula waktunya ditanamkan sikap disiplin. Karena disiplin merupakan suatu pondasi awal dalam mereka menjalani kehidupan di lingkungan luar. Penanaman sikap disiplin ini selain dapat diperoleh dari pengarahan dan pengajaran langsung dari orang tua dan guru-guru di sekolah juga dapat diperoleh dari proses pembelajaran langsung di lingkungan tempat mereka tinggal dan bersosialisasi.

Salah satu cara untuk meredam perilaku agresif dan menanamkan perilaku disiplin pada anak masa usia sekolah dasar adalah memasukkan mereka ke dalam suatu kegiatan. Membiarkan mereka berkecimpung dalam suatu kegiatan positif merupakan salah satu hal yang dapat memicu perubahan sikap dan perilaku siswa. Hal lain yang dapat dilakukan adalah memasukkan mereka ke dalam kegiatan olahraga, baik berupa pelatihan olahraga berbentuk cabang olahraga bela diri maupun permainan.

Salah satu cabang olahraga yang digandrungi saat ini adalah cabang olahraga tarung derajat. Pengertian olahraga bela diri tarung derajat menurut Perguruan Pusat Tarung Derajat (2007) yakni,

Tarung dejajat merupakan ilmu olahraga seni bela diri realistis rasional yang memanfaatkan senyawa daya gerak otot, otak serta nurani di dalam pembelajaran dan pelatihan gerak seluruh anggota tubuh serta bagian-bagian pentingnya, antara lain kepala, tangan, kaki dengan segala keinderaan di dalam lingkup proses penempaan fisik dan mental dalam rangka menguasai dan menerapkan lima unsur daya gerak moral yakni, kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan yang agresif dan dinamis pada bentuk pukulan, tendangan, hindaran, kibasan, bantingan, kuncian, serta gerak bertahan menyerang lainnya.

Dalam olahraga beladiri tarung derajat terdapat beberapa jenis latihan, misalnya menendang, memukul, menangkis, mengkibas dan membanting. Sifat dari pertandingan tarung derajat yakni full body contact, yakni diperkenankan memukul dan menendang bagian depan lawan dari daerah di atas pinggang hingga kepala tanpa menggunakan pelindung badan dan kepala untuk petarung putra serta menggunakan pelindung badan dan kepala untuk petarung putri.

Dalam cabang olahraga tarung derajat ini, tidak hanya diajarkan ilmu beladiri, tetapi diajarkan pula ilmu hidup atau ilmu tentang kehidupan. Misalnya yang tercantum dalam motto tarung derajat yakni, “Aku ramah bukan berarti takut, Aku tunduk bukan berarti takluk”. Maksud dari motto tersebut adalah setiap anggota tarung derajat dalam sikap sehari-harinya wajib mengamalkan ilmu padi, yakni semakin berisi semakin merunduk, jadi semakin pintar berbeladiri berarti tidak boleh sombong dan tidak diperkenankan untuk memperlihatkan kemampuan lebih akan ilmunya tersebut.

Secara tidak langsung olahraga akan membentuk kepribadian anggotanya. Dampak psikologis olahraga beladiri yang juga tergolong ke dalam olahraga perorangan terhadap atlet dan yang bukan atlet yakni, kurang berfikir abstrak, kurang pencemas, lebih bebas, lebih objektif, dan lebih tertutup. Hal ini dijelaskan pula oleh Rusli Ibrahim (2007:132) dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Dampak Psikologis Pendidikan Jasmani dan Olahraga terhadap Beberapa Aspek Kepribadian Atlet dan yang Bukan Atlet

Jenis Kelompok

Kegiatan cabang olahraga

lebih atau kurang

Dari kelompok olahragawan dan yang Bukan

Cabang Olahraga Beregu

Lebih pencemas

Lebih Berketergantungan

kurang sensitive-imaginative

lebih terbuka

lebih berfikir objektif

cabang olahraga perorangan

cabang olahraga Langsung

lebih bebas

kurang memiliki kekuatan ego

cabang olahraga parallel

Cabang olahraga beregu

kurang berfikir abstrak

lebih terbuka

lebih beketergantungan

lebih memiliki kekuatan ego

bukan olahragawan

Cabang Olahraga Perorangan

kurang berfikir abstrak

kurang pencemas

lebih bebas

lebih objektif

bukan olahragawan

Cabang Olahraga Langsung

kurang berfikir abstrak

lebih terbuka

lebih objektif

lebih bebas

bukan olahragawan

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa olahragawan perorangan atau beladiri memiliki keperibadian yang lebih bebas sehingga cenderung untuk berperilaku agresif. Namun tidak semua cabang olahraga beladiri ini yang menimbulkan perilaku agresif pada setiap anggotanya.

Dalam hal ini olahraga tarung derajat disinyalir merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang dapat membuat perilaku anggotanya berubah. Dari yang berperilaku agresif menjadi tidak serta dari yang tidak disiplin menjadi disiplin. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak adanya pengaruh latihan tarung derajat terhadap perubahan perilaku tersebut maka,dalam penelitiaan ini penulis mengambil judul: “Pengaruh Latihan Tarung Derajat Terhadap Perilaku Disiplin dan Agresif Anak Usia Sekolah Dasar”.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis rumuskan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah latihan tarung derajat memberi pengaruh yang signifikan terhadap perilaku disiplin anak usia sekolah dasar?

b. Apakah latihan tarung derajat memberi pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresif anak usia sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh latihan tarung derajat terhadap perilaku disiplin anak usia sekolah dasar .

b. Untuk mengetahui pengaruh latihan tarung derajat terhadap perilaku agresif anak usia sekolah dasar .

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis, dapat dijadikan sebagai informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti bagi lembaga-lembaga yang berkaitan dengan disiplin ilmu psikologi khususnya psikologi olahraga dan pelatihan olahraga tarung derajat khususnya dengan pelatihan anak pada masa usia sekolah dasar.

2. Manfaat secara praktis, dapat dijadikan acuan bagi para pelatih dalam memahami sosiologis dan keadaan psikologis anak pada masa usia sekolah dasar serta memberikan solusi terbaik dalam membantu tugas latihan anak pada masa usia sekolah dasar untuk meningkatkan prestasinya.

E. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses latihan olahraga tarung derajat.

2. Variabel terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku disiplin dan agresif.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari penelitian yang hendak dilaksanakan. Anggapan dasar diperlukan untuk pegangan pokok secara umum. Arikunto (2006:65) menjelaskan:

Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti’. Selanjutnya menurut Winarno yang dikutip Arikunto (2006:65) “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sarlito, (2002:232) mengemukakan: “ Sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan) dan lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah”. Serta menurut perguruan pusat tarung derajat, yakni:

Tarung derajat itu adalah ilmu olahraga seni pembelaan diri yang memanfaatkan senyawa daya gerak otot, otak dan nurani secara realistis dan rasional, di dalam proses pembelajaran dan pemberlatihan gerakan-gerakan seluruh anggota dan organ tubuh serta bagian-bagian penting lainnya, dalam rangka memiliki dan menerapkan lima unsur daya moral, antara lain yaitu: kekuatan-kecepatan-ketepatan-keberanian dan keuletan, yang melekat dengan dinamis dan agresif dalam suatu system ketahanan/pertahanan diri serta untuk digunakan terutama pada upaya pemeliharaan keselamatan, kesehatan, dan kesempatan hidup sebagai manusia yang berhakekat, seperti mampu menghindari dan menjauhkan sikap hidp permusuhan dan kesombongan, pencegahan dan pemulihan penyakit fisik dan mental, serta mampu mensyukuri kehidupan dan berbuat amal kebaikan bermanfaat bagi kemanusiaan.

Penjelasan diatas menggambarkan bahwa sikap seorang lebih dapat terlihat dan dipelajari ketika dihadapkan pada sesuatu hal, dan sikap dapat diubah melalui suatu proses, baik itu melalui proses alami maupun melalui suatu proses yang disengaja. Sikap akan menentukan perilaku sehingga jika anak selalu dipaksakan untuk menjaga sikapnya maka secara tidak langsung juga akan terbiasa dalam berperilaku sehari-harinya. Oleh karena itu, dampak dari latihan tarung derajat terhadap perilaku disiplin dan perilaku agresif anak usia sekolah dasar adalah hal yang perlu penulis teliti.

2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar tersebut diatas maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah:

“Latihan tarung derajat berpengaruh signifikan terhadap perilaku disiplin dan agresif anak usia sekolah dasar”

3. Definisi Operasional

Penafsiran seseorang tentang suatu istilah sering berbeda-beda. Untuk menghindari kesalahpengertian penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini maka penulis menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan mengacu pada penjelasan para ahli sebagai berikut:

Sikap, menurut Louis Thurstone adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

Agresif, menurut Rusli Ibrahim adalah suatu bentuk perilaku yang dirancang untuk merusak atau melukai kehidupan orang lain.

Disiplin, menurut Sudibyo (1989) adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak melanggar ketentuan, tata tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat.

Tarung derajat adalah salah satu cabang olahraga beladiri yang bersifat full body contact di dalamnya terdapat latihan pukulan, tendangan, tangkisan, kibasan, bantingan serta hindaran.